Anak kena asma? Pertama kali anak saya divonis terkena serangan asma saya terkejut. Yang ada dalam benak saya saat itu, si sulung pasti kesakitan menahan sesaknya. Namun setelah perawat dan dokter IGD memberi penjelsan lebih lanjut, saya jadi sedikit lebih tenang (berkurang serangan paniknya). Memang serangan asma baru ketauan pas dia berumur 6 tahun. Namun sebelumnya, anak saya yang pertama ini gampang banget batuk, capek sedikit batuk. Sampe saya kira dia kena flek paru-paru atau TBC. Tapi pas di cek ke dokter anak paru-parunya bagus aja. Dan yang saya baru ngeh adalah anak saya ini sensitif banget sama dingin. kalau udah kena udara dingin kalau gak batuk, ya pilek. Berbeda dengan adiknya yang walaupun lahir (bisa dikatakan) prematur, lebih kuat dengan dingin. Awalnya saya berpikir kemana aja saya, sampai gak ngeh kalau Fida kena asma? tidak terpikir oleh saya kalau asma juga sangat erat kaitannya dengan faktor genetik. Yup, ketika dokter memeriksa Fida, hal yang pertama kali ditany
Ibu seringkali indentik dengan dapur. Bagaimana tidak, kebutuhan utama keluarga perihal makanan berasal dari sini. Nah,diantara para anggota keluarga yang paling bisa diandalkan dalam hal masak memasak adalah ibu. Gak heran kalau banyak orang bilang masakan terenak dan makanan yang paling dirindukan adalah makanan buatan ibu. Bagi saya, memasak kadang mengingatkan memory masa lalu. Waktu kecil, saya seringkali bantu ngerusuhin ibu saya di dapur. Apalagi jika menjelang lebaran, sangat ingat hebohnya ibu saya bikin kue kering dan aromanya yang menggoda, sangat menggoda untuk membatalkan puasa. Kekekek. Dulu waktu saya tinggal di Aceh, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha disambut sangat meriah. Dari pagi sampai malam kadang tamu bergantian datang, dr mulai tetangga, warga kampung sebelah dan rekan ayah dan ibu saya. Pokoknya rame deh, anak2 juga ikutan hepi, silaturahmi sana sini dari pagi hingga sore, dengan tujuan icip-icip kue lebaran dan yang paling dinanti: "Salam tempel!"